Berita
satu kalimat ini, datang dari rasa benci
sebab luang yang tak lagi ada
tercerabut waktu yang menekan
terjemahan ungkapan tanpa makna
dari orang-orang yang seharusnya tak didengarkan
kau menulisnya hingga jauh dari bahagia
bahkan lupa kata indah itu
membuat kata berjarak dari jiwa
sebab terpaksa
tahukah kau,
saat kata tak lagi berasa
kau berhak membangkang
Karet, Agustus 2004
Sunday, August 15, 2004
Wednesday, August 11, 2004
27 Juli
layaknya mereka, kami pun berkabung
tidak di jalan, tapi di sebuah kamar
sebuah peringatan
parade umpatan sepenuh hati
terdengar lantang sebatas ruang
ironi musiman
benci, tapi tak mau pergi
sayang, tapi tak kunjung tenang
putus asa berhenti suara
menolak dengan tulisan tak jadi
ini cerita ulang resah tak berkesudahan
tentang gaji, yang tak menghidupi
Velbak, Juli 2004
layaknya mereka, kami pun berkabung
tidak di jalan, tapi di sebuah kamar
sebuah peringatan
parade umpatan sepenuh hati
terdengar lantang sebatas ruang
ironi musiman
benci, tapi tak mau pergi
sayang, tapi tak kunjung tenang
putus asa berhenti suara
menolak dengan tulisan tak jadi
ini cerita ulang resah tak berkesudahan
tentang gaji, yang tak menghidupi
Velbak, Juli 2004
Tak Berhenti
isi kepala
kata-kata yang tak habis ditelan tenggat
cerita yang tak terbatas ruang di koran
sampah:
belati, perempuan, film, dostoyevsky, peluru, buku, cemburu, televisi, tak peduli, benci, tak lagi, iklan, deadline, telepon, zhang zi yi, cerpen, toto chan, bahagia, tasbih, membangkang, lupa, layang-layang, balkon, sunyi, mana Tuhan, nana, hijau, lari, peluk, kamu lagi, cantik, peluru, puisi, sendiri, cerita tak jadi, uang, kawin, sadeq hedayat, muak, dosa apa, ada lagi, banyak lagi, mana lagi, apa lagi, lagi …
diam,
diam,
diam!
Karet, Agustus 2004
isi kepala
kata-kata yang tak habis ditelan tenggat
cerita yang tak terbatas ruang di koran
sampah:
belati, perempuan, film, dostoyevsky, peluru, buku, cemburu, televisi, tak peduli, benci, tak lagi, iklan, deadline, telepon, zhang zi yi, cerpen, toto chan, bahagia, tasbih, membangkang, lupa, layang-layang, balkon, sunyi, mana Tuhan, nana, hijau, lari, peluk, kamu lagi, cantik, peluru, puisi, sendiri, cerita tak jadi, uang, kawin, sadeq hedayat, muak, dosa apa, ada lagi, banyak lagi, mana lagi, apa lagi, lagi …
diam,
diam,
diam!
Karet, Agustus 2004
Tuesday, August 10, 2004
Pada
pada riuh, aku mencoba mendengarmu
mencarimu
pada kaca jendela yang aku tatap,
tak juga kau ada
pada diam, suaramu hilang
pada remang, cahayamu padam
pada daun-daun yang beterbangan,
kabarmu tak juga terbawa
kau, mungkin pada gemericik air gunung
pada kata-kata di buku
pada masa lalu
pada nasehat orang tua
pada petuah agama
atau tertinggal di kitab suci
mungkin, pada sebutir peluru
Velbak, Agustus 2004
pada riuh, aku mencoba mendengarmu
mencarimu
pada kaca jendela yang aku tatap,
tak juga kau ada
pada diam, suaramu hilang
pada remang, cahayamu padam
pada daun-daun yang beterbangan,
kabarmu tak juga terbawa
kau, mungkin pada gemericik air gunung
pada kata-kata di buku
pada masa lalu
pada nasehat orang tua
pada petuah agama
atau tertinggal di kitab suci
mungkin, pada sebutir peluru
Velbak, Agustus 2004
Subscribe to:
Posts (Atom)